Translate

Kamis, 06 Desember 2012

SUNGAI DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BANJARMASIN





SUNGAI DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BANJARMASIN







Mahasiswa Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat









Makalah disampaikan dalam diskusi ilmiah “Sungai, Lingkungan dan Budaya Kami” diselenggarakan oleh mahasiswa pendidikan sosiologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan mahasiswa pendidikan sosiologi FIS Universitas Negeri Jakarta
di Jakarta, 16 Mei 2012




SUNGAI DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BANJARMASIN

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat


A.      Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, masyarakat mempunyai kebudayaan, yang mana kebudayaan tersebut merupakan suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, yaitu berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang keseluruhannya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan dalam bermasyarakat (Hermanto dan Winarno, 2009:25).
Di dalam kebudayaan tersebut mereka melakukan aktivitas yang menjadikannya sebuah karakteristik. Karakteristik itulah yang membuat mereka berbeda dengan masyarakat lain yang dapat kita lihat secara langsung dengan adanya pola-pola perilaku pada diri individu atau masyarakat dalam menjalankann aktivitas kehidupan sehari-hari, termasuk masyarakat Banjarmasin.
Banjarmasin adalah ibu kota dari Provinsi Kalimantan Selatan yang dikelilingi oleh sungai, sehingga kota Banjarmasin diberi julukan sebagai kota “Seribu Sungai”. Sungai itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sejumlah air yang mengalir dari daerah aliran sungai, tentu saja mengalir dari atas ke bawah. Sungai dijadikan sebagai urat nadi kehidupan masyrakat Banjarmasin. Hal ini terbukti dari masyarakatnya yang menggantungkan hidupnya pada sungai. Sungai digunakan mulai dari keperluan sehari-hari hingga digunakan untuk  aktivitas perdagangan dan sarana rekreasi. Banyaknya aktivitas masyarakat Banjarmasin yang melibatkan sungai maka memunculkan istilah-istilah yang berhubungan dengan sungai seperti hulu dan hilir.
Berdasarkan paparan di atas, dalam makalah ini kami akan membahas tentang sungai-sungai yang ada di Kota Banjarmasin beserta aktivitas masyarakatnya, yang mana makalah ini merupakan rangkuman dari hasil penelitian  yang telah kami lakukakan sebelumnya yaitu pada saat mata kuliah Masyarakat dan Kebudayaan Sungai.



B.           Sungai
Secara umum sungai berarti aliran air yang besar. Secara ilmiah sungai adalah perpaduan alur sungai dan aliran air. Sungai merupakan suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan. Aliran air marupakan bagianyang senantiasa tersentuh oleh air. Daerah aliran sungai merupakan lahan total dan permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas-air topografi dan yang dengan salah satu cara memberikan sumbangan terhadap debit suatu sungai pada suatui risan melintang (Sehyan, 1990:6).
Menurut Syahransyah (2005:72) sungai adalah sejumlah air yang mengalir dari daerah aliran sungai yang mengalir dari dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Untuk  Banjarmasin sungai diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu ada yang disebut sungai besar, sungai sedang, sungai kecil dan anak sungai. Sungai besar misalnya Sungai Martapura, sungai sedang seperti Sungai Teluk Dalam, sedangkan sungai kecil seperti Sungai Pekapuran. Adapun anak sungai jumlahnya sangat banyak dia mengalir seperti parit.

C.          Kebudayaan Sungai
Secara umum kebudayaan diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang membentuk suatu kebiasaan baru yang ada dalam kehidupan, semua kebudayaan adalah baik, tergantung dimana budaya itu berasal, sebab setiap kebudayaan tidak sama sehingga diperlukan suatu pemahaman yang lebih untuk memahami budaya tersebut.
Menurut E.B. Tylor (Ranjabar, 2006:21) Kebudayaan adalah hal kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari oleh pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Kebudayaan suatu masyarakat terkait erat dengan kondisi geografisnya. Seperti yang diketahui, Banjarmasin terkenal dengan julukan kota seribu sungai. Hal ini tidaklah berlebihan karena memang terdapat banyak sungai (walaupun jumlahnya tidak sampai seribu),  maka dengan begitu tidak dapat dipungkiri bahwa Banjarmasin mempunyai kebudayaan sungai. Kebudayaan sungai di Banjarmasin merupakan produk dari keluwesan, pengalaman hidup dan adaptasi mereka dengan  kehidupan di pinggiran atau di sepanjang bantara sungai. 
Menurut Ariwibowo (2005:47) sungai menjadi sebuah kata yang penuh makna. Di dalamnya terkandung falsafah hidup orang banjar sehingga terciptalah istilah-istilah kemasyarakatan yang berhubungan dengan sungai, salah satunya, adalah kayuh baimbai  yang menjadi motto kota Banjarmasin. Bagi masyarakat Banjarmasin, sungai bukan hanya sekedar sumber air, tetapi juga sebagai orientasi hidup dan identitas diri. Dikatakan sebagai orientasi hidup karena banyak kegiatan sehari-hari yang dilakukan disungai, mulai dari mandi, mencuci, menangkap ikan, berdagang, jalur transportasi hingga sebagai tempat bermain anak-anak. Demikian pula halnya mengenai sungai sebagai identitas diri. Sungai sebagai identitas diri direfleksikan dengan menyebut perkampungan-perkampungan dengan nama sungai yang melintas di daerahnya, seperti perkampungan Kuin, Sei Baru, Sei Bilu, Sei jingah, Sei Lulut, Sei Pekapuran dan masih banyak lagi. Bahkan dalam masyarakat Banjar petunjuk arah diberikan sesuai dengan arah aliran sungai ataupun posisinya terhadap sungai misalnya hulu hilir dan ada lagi arah pantai yang dimaksudkan menuju darat dan arah laut dimaksudkan menuju sungai.
Budaya sungai dikota Banjarmsin tidak hanya ditandai dari aktivitas masyarakat yang dilakukan di sungai, tetapi juga ditandai dengan adanya pemukiman pinggiran sungai, seperti pemukiman penduduk, tempat ibadah, pasar, siring, museum dan tempat-tempat lainnya di tepi-tepi sungai, hingga acara ritual pun juga ada yang dilakukan di sungai, seperti ritual meminta kesembuhan atau yang sering di sebut orang Banjar dengan istilah batatamba.
Banyaknya aktivitas yang dilakukan masyarakat Banjarmasin di sungai ataupun di tepian sungai menjadikan sungai sebagai salah satu sarana interaksi sosial. Misalnya pada pagi atau sore hari dimana banyak masyarakat Banjarmasin yang mandi dan mencuci di batang menjadikan aktivitas tersebut sebagai kesempatan bagi mereka untuk melakukan interaksi sosial. Misalnya para wanita yang mencuci dan mandi sambil mengobrol, sedangkan anak-anak menjadikan aktivitas mandi sebagai kegiatan bermain mereka seperti lomba melompat dari batang ke sungai, berkejar-kejaran sambil berenang, dsb.

D.          Deskripsi Sungai-sungai di Banjarmasin
1.Sungai Kuin
a.   Sungai Kuin di Kampung Arab
Sungai Kuin adalah sungai kecil yang terdapat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sungai Kuin merupakan sungai permanen, yaitu sungai yang jumlah airnya relatif tetap sepanjang tahun. Sungai Kuin merupakan jalur sungai kecil yang menghubungkan sungai Barito (jalur angkutan laut) dengan sungai Martapura (jalur sungai besar) yang membelah kota Banjarmasin. Ada beberapa bangunan yang berdiri di sekitar sungai Kuin yaitu rumah panggung, rumah yang terbuat dari beton, mesjid, jembatan, jalan raya, jamban, peternakan kambing, dan juga siring kecil. Anak sungai Kuin diantaranya adalah sungai Jagabaya dan sungai Pangeran yang hanya dapat dilewati oleh perahu-perahu kecil.
Aktivitas sungai Kuin di Kampung Arab tidak pernah sepi dari aktivitas  kehidupan masyarakatnya. Sungai digunakan masyarakat kampung Arab untuk keperluan sehari-hari seperti MCK, mencuci pakaian, memasak, bersantai, juga untuk aktivitas perdagangan. Aktivitas perdagangan disini terjadi antara pedagang kambing dan juga pedagang kayu yang berjualan di sungai Kuin ini. Pedagang kambing di sungai Kuin tidak hanya untuk menjual kambing-kambingnya, tetapi mereka juga membuat peternakan kambing di sepanjang sungai Kuin di Kampung Arab.
Peternakan kambing ini menjadi menarik karena aktivitas transaksi jual beli yang berlangsung di Kampung Arab selain ramai pembeli, juga didukung dengan tempatnya yang strategis yaitu tepat berada di dekat pasar lama, dan di belakang peternakan tersebut juga terdapat sungai yang menghubungkan pasar lama dengan sungai Kuin sehingga lalu lintas di sekitar sungai juga ramai. Selain itu, lalu lintas jalan raya yang ada di Kampung Arab sangat ramai karena berdekatan dengan pasar yaitu Pasar Lama, sehingga sangat menguntungkan para pedagang kambing yang ada di Kampung Arab. Intinya, peternakan kambing di kampung ini sangat menguntungkan karena memiliki dua jalur yang sama-sama strategis baik itu jalur sungai maupun jalur darat.
Aktivitas penjualan kayu yang berada di tepi sungai Kuin di Kampung Arab juga sangat menarik karena aktivitas ini (berjualan kayu balok) sangat sedikit ditemukan di sungai-sungai Banjarmasin. Alasan pedagang-pedagang tersebut menjual kayu ditepi Sungai Kuin di Kampung Arab karena berjualan di tepi sungai itu tidak dikenakan biaya sewa tempat seperti halnya pedagang yang berjualan di pasar yang dikenakan biaya sewa toko. Selain itu, sungai Kuin yang dijadikan tempat untuk berjualan kayu letaknya juga strategis yaitu dekat dengan Pasar Lama sehingga menguntungkan para penjual kayu tersebut. Kayu-kayu yang dijual berasal dari daerah-daerah di sekitar Banjarmasin dengan waktu pemasaran berkisar mulai dari jam 8 pagi hingga jam 2 siang.[1]
b.   Sungai Kuin di Jalan Kuin
Sungai Kuin adalah sungai kecil yang terdapat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sungai Kuin merupakan sungai permanen yaitu sungai yang jumlah airnya relatif tetap sepanjang tahun. Sebagai prasarana transportasi, sungai dibedakan menjadi jalur sungai kecil dan jalur sungai besar. Sungai Kuin merupakan jalur sungai kecil yang menghubungkan sungai Barito (jalur angkutan laut) dengan sungai Martapura (jalur sungai besar) yang membelah kota Banjarmasin. Sungai Kuin dilewati oleh angkutan sungai yang berangkat dari Banjarmasin menuju kota-kota pedalaman di Kalteng maupun Kalsel. Sungai Kuin, anak sungai Barito dahulu merupakan jalur pengangkutan getah karet. Jika sungai Barito berfungsi sebagai jaringan utama pembuangan air kotor, anak-anak sungainya sebagai jaringan sekunder dan tertier, misalnya sungai Kuin. Anak sungai Kuin diantaranya sungai Jagabaya dan sungai Pangeran yang hanya dapat dilewati perahu-perahu kecil. Aktivitas masyarakat sekitar berhubungan dengan perairan dan kehidupan sungai sehingga banyak rumah dibangun di sepanjang sungai Kuin. Masjid Sultan Suriansyah maupun Komplek Makam Sultan Suriansyah terletak di tepi sungai Kuin, masing-masing dilengkapi dengan dermaga kecil tempat menambatkan perahu (kelotok).
Daerah Kuin merupakan tipe permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai (waterfront village) yang memiliki beberapa daya tarik pariwisata, baik berupa wisata alam, maupun wisata budaya. Kehidupan masyarakatnya erat dengan kehidupan sungai seperti pasar terapung, perkampungan tepian sungai dengan arsitektur tradisionalnya. Hilir mudiknya aneka perahu tradisional dengan beraneka muatan merupakan atraksi yang menarik bagi wisatawan, bahkan diharapkan dapat dikembangkan menjadi desa wisata sehingga dapat menjadi pembentuk citra dalam promosi kepariwisataan Kalimantan Selatan. Masih di kawasan yang sama wisatawan dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan Komplek Makam Sultan Suriansyah, pulau Kembang, pulau Kaget dan pulau Bakut. Di Kuin juga terdapat kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.
Dari ulasan di atas, sungai kuin dijadikan tempat tinggal masyarakat, itu bisa terlihat di sepanjang sungai kuin banyaknya  rumah di bangun, oleh sebab itulah aktivitas masyarakat tidak terlepas dari sungai kuin, aktivitas itu mengenai dalam memenuhi kebutuhan maupun dalam memanfaatkan sumber daya alam salah satunya yaitu sungai.[2]

2.   Sungai Alalak
Pada perbatasan antara kota Banjarmasin dan kabupaten Barito Kuala atau yang lebih dikenal dengan Batola gterdapat sebuah tempat yang benama Handil Bakti. Handil bakti itu sendiri sudah termasuk wilayah dari kabupaten Batola yang tepat pada perbatasannya terdapat sebuah terminal nyang bernama terminal Handil Bakti. Di sekitar terminal Handil Bakti terdapat sungai besar yang bernama sungai Alalak yang memiliki anak sungai (handil) yaitu sungai  Handil Bakti yang posisinya persis dibelakang terminal Handil Bakti.
Sungai ini terletak di Jl. Alalak Utara Kec. Banjarmasin Utara Prop. Kalimantan Selatan. Garis lintang dan garis bujur Kec. Banjarmasin Utara, kota Banjarmasin Utara, kota Banjarmasin secara astronomis terletak antara lintang 03016’18,17”LS sampai dengan 03019’22,16”LS (lintang selatan) dan antara bujur 114033’41,23”BT sampai dengan 114037’43,97”BT (bujur timur).
Letak administratif adalah letak suatu daerah/tempat menurut pembagiannya (Tika, 2008:24), daerah sungai ini berbatasan dengan wilayah penggunaan lahan lainnya, yaitu:
Sebelah Timur          : Kecamatan Alalak Utara
Sebelah Barat           : Sungai Barito
Sebelah Utara           : Kecamatan Handil Bhakti
Sebelah Selatan        : Kecamatan Alalak Utara
Sungai ini memisahkan antara Kota Banjarmasin dan Kabupaten Batola. Untuk menghubungkan dua wilayah ini, tepat diatas sungai yang berdekatan dengan terminal terdapat sebuah jembatan penghubung yang diberinama jembatan Alalak II.. Namun lebih dikenal dengan jembatan Handil Bakti. Jembatan ini baru dibangun dan diresmikan pada 15 Agustus 2009 yang berfungsi sebagai penghubung antara kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin, khususnya kecamatan Banjarmasin utara.
Masyarakat yang ada di tepi sungai Alalak memiliki aktivitas-aktivitas tersediri yang memanfaatkan adanya sungai ini. Aktivitas-aktivitas tersebut antara lain :


1.      Mencuci kendaraan bermotor
Masyarakat sekitar memanfaatkan air sungai sebagai sumber daya ekonomis untuk mencuci sepeda motor. Menurut mereka air sungai dapat dimanfaatkan untuk memudahkan aktivitas mereka sekaligus menghemat biaya. Dengan mencuci sepeda motor memanfaatkan air sungai, mereka dapat menggunakan air sungai tanpa harus mengeluarkan biaya.
2.      Transaksi jual beli pasir dan batu-batuan
Di sekitar sungai handil bhakti ditemui adanya  transaksi jual beli salah satu nya penjualan pasir dan batu-batuan. Para pembeli pasir dapat melalui darat dan juga malalui sungai, yaitu dianggkut dengan menggunakan mobil kemudian di bawa kembali menggunakan kapal kecil atau tongkang sesuai dengan keinginan pembeli dan jumlah pasirnya atau batu yang dibeli. Tetapi para pengusaha yang memiliki dermaga lebih memilih untuk menggunakan kapal dan tongkang untuk mengangkut pasir karena alasan ekonomis.
3.      Pengumpulan Rotan
Di tepi sungai tepatnya di sekitar jembatan Alalak II terdapat juga kegiatan pengumpulan rotan yang sudah jadi atau setelah rotan tersebut mengalami proses penjemuran selama beberapa hari dan kemudian dilakukan penimbangan dan kemudian di oven sebelum di simpan dalam gudang. pemasarannya ke berbagai daerah di Banjarmasin seperti Banjarbaru, Pelaihari bahkan ada yang dikirim ke luar negeri. Rotan tersebut berasal dari berbagai hutan di Kalimantan  Selatan dan Kalimantan Tengah yang diangkut menggunakan kapal.
4.      Memulung Sampah di Sungai
Kegitan lain yang sangat menarik adalah kegiatan yang dialakukan seorang kakek yang memulung sampah di sungai menggunakan jukung kecil. Hal ini merupakan salah satu kegiatan positif dimana dengan adanya kegiatan mengambil sampah seperti bekas botol minuman, palastik dan lain sebagainya, sehingga membuat sampah yang ada sungai menjadi berkurang dan pencemaran sungai juga semakin berkurang . Kegiatan yang dialakukan oleh pemulung ini selain bermanfaat bagi kebersihan sungai dari berbagai jenis sampah plastic tentunya juga untuk mencari nafkah.
5.      Kegiatan mandi di sungai
Keberadaan sungai dirasakan sesuatu hal yang dianggap sangat penting oleh masyarakat sebagai pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, terutama untuk kegiatan mandi. Sungai sudah menjadi urat nadi bagi masyarakat dimana mereka dapat memanfaatkan air dengan sepuas-puasnya untuk berbagai aktivitas. Walaupun kondisi sungai yang sangat tidak bersih, karena berwarna kuning ditambah lagi dengan adanya kegiatan kapal tongkang yang melakukan bongkar muat pasir dan batu-batuan serta juga banyaknya sampah sampah bekas rotan dan sampah rumah tangga lainnya. [3]

3.   Sungai Martapura
Sungai Martapura adalah merupakan anak sungai dari sungai Barito yang muaranya terletak di kota Banjarmasin dan di hulunya terdapat kota Martapura ibukota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Sungai Martapura juga dipengaruhi oleh pasang surut air laut jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakat kota Banjarmasin khususnya yang tinggal disepanjang aliran sungai Martapura.
Bagi masyarakat Kalimantan Selatan khususnya warga kota Banjarmasin, keberadaan sungai martapura merupakan suatu sumber daya alam yang memberikan banyak manfaat yang mana sungai Martapaura sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya. Banyak warga kota Banjarmasin yang memanfaatkan air sungai Martapura untuk kebutuhan sehari-hari seperti MCK, mencuci pakaian, mencuci piring dll. Selain untuk menunjang kebutuhan sehari-hari, sungai Martapura juga sering di gunakan warga sebagai jalur transportasi air, perdagangan, maupun pariwisata, seperti pasar terapung dan festival budaya (perahu naga dan lainnya)  yang dilakukan di atas sungai Martapura. Sungai Martapura yang kami teliti adalah Sungai Martapura di Jl. Jenderal Sudirman, Jl. R.E. Martadinata dan Jl.  R.K. Ilir
a.      Sungai Martapura di Jl. Jenderal Sudirman
Sungai Martapura di depan Jl. Jenderal Sudirman merupakan sungai yang terletak di pusat kota Banjarmasin. Letaknya tepat di tengah-tengah kota Banjarmasin yang di sekitarnya adalah akses jalan utama. Seberang sungai Martapura ini terdapat bangunan-bangunan penting, seperti Mesjid Raya sabilal Muhtaddin, Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dan Korem 101. Jika mengacu pada titik Mesjid Sabilal Muhtaddin, maka 500 meter sebelah barat sungai ini langsung berhadapan dengan Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dan sekitar 1 km sebelah timur sungai ini langsung berada di depan Kantor Walikota Banjarmasin. Adapun bangunan yang terdapat di sekitar sungai ini adalah siring, dermaga, jembatan, dan ruko. Dahulu banyak sekali bangunan-bangunan kumuh yang terletak di pinggiran salah satu sisi sungai ini. Namun, sekarang bangunan-bangunan tersebut digusur dan sekarang dibangun siring sebagai upaya pelestarian sungai. Siring tersebut dibangun tepat di pinggir kedua sisi sungai ini sehingga juga menjadi pembatas antara jalan raya dan sungai yang juga sebagai prasarana penunjang tata indah kota. Siring juga menjadi tempat favorit berkumpulnya kelompok sosial remaja dan keluarga. Hampir  tidak ada masyarakat yang mandi di sungai ini, karena jarak rumah agak jauh dari sungai dan kebanyakan masyarakat sudah memiliki kamar mandi di rumah mereka. Sungai ini biasanya digunakan oleh masyarakat untuk memancing, dan sebagai jalur transportasi air. Namun, sangat disayangkan, sungai Martapura ini mengalami suatu keadaan yang memprihatinkan, yaitu banyaknya sampah-sampah dan eceng gondok yang menyebabkan air sungai keruh kecoklatan. [4]
b.  Sungai martapura Jl. R. E. Martadinata
Sungai Martapura juga terletak di antara Jl. R.E. Martadinata dan Jl. R.K Ilir. Aliran sungai berwarna keruh kecoklatan. Di daerah pinggiran sungai terdapat banyak sampah yang mengapung dan juga tanaman eceng gondok. Sebagai sungai yang masih digunakan sebagai jalur transportasi air, klotok maupun jukung sangat ramai melewati sungai ini, baik yang berfungsi sebagai angkutan pribadi maupun sebagai angkutan umum.
   Di Jl. R. E. Martadinata, tepat berseberangan dengan sungai Martapura terdapat kantor walikota Banjarmasin. Letak kantor walikota Banjarmasin di tepian sungai Martapura ini berhubungan dengan sejarah kota Banjarmasin saat masih berbentuk Kerajaan Banjar yang saat itu bangunan-bangunan penting seperti pasar dan kantor-kantor pemerintahan dibangun di dekat tepian sungai sehingga memudahkan masyarakat yang masih menggunakan alat transportasi air untuk mencapainya.
   Siring yang berfungsi sebagai pencegah abrasi atau pengikisan jalan darat di sekitar sungai juga terdapat di tepian sungai Martapura di JL. R.E. Martadinata ini. Namun, siring juga mempunyai manfaat tambahan yaitu sebagai open space bagi masyarakat Banjarmasin. Pada sore hari, banyak anggota masyarakat yang datang ke siring ini untuk bersantai, bersama teman-teman, pasangan maupun keluarga. Sambil bersantai, pengunjung bisa sambil menikmati es kelapa yang banyak di jual di siring tersebut.
   Menyambung dengan siring, terdapat sebuah dermaga sebagai tambatan perahu wisata air. Perahu tersebut dapat digunakan wisatawan untuk menyusuri sungai Martapura. Selain itu juga terdapat halte kapal yang diperuntukkan bagi calon penumpang kapal untuk menunggu kapal yang akan mereka tumpangi. Di halte tersebut juga terdapat warung.
   Di tepian sungai Martapura di  Jl. R.E. Martadinata ini jiga terdapat Pelabuhan Lama yang berfungsi sebagai tempat penyalur barang-barang perdagangan seperti buah-buahan dan sayuran yang dibawa oleh perahu-perahu barang yang berasal dari luar Kalimantan Selatan, misalnya Kalimantan Tengah dan Pulau Jawa. Setiap hari ada saja transaksi jual beli yang terjadi di pelabuhan tersebut.
   Sedangkan di tepian sungai Martapura di Jl. R.K. Ilir terdapat Unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang fungsinya sama dengan Pelabuhan Lama, namn Unit TPI ini khusus untuk tempat pelelangan ikan sehingga aktivitas yang terjadi adalah aktivitas pelelangan ikan dan aktivitas bongkar muat ikan yang dibawa oleh perahu-perahu. Selain itu juga terdapat Tempat Pembuangan Sampah (TPA) yang terlihat sangat semrawut. Tidak terlihat petugas kebersihan khusus yang mengelola sampah di sana, juga tidak terdapat pembatas agar sampah tidak masuk ke sungai.[5]
a.      Sungai martapura depan museum wasaka
Sungai yang terletak di dekat Pelabuhan Wasaka di Jl. Kampung Kenanga Kelurahan Sungai Jingah Banjarmasin Kalimantan Selatan ini merupakan aliran dari sungai Martapura. Di atas sungai ini ada jembatan yang melintasinya, yaitu jembatan Benua Anyar. Seperti halnya sungai lain yang terdapat di Banjarmasin, air sungai wasaka ini terlihat keruh kecoklatan. Selain itu, juga banyak sekali terdapat eceng gondok dan sampah yang terdapat di pinggiran sungai.
   Oleh karena sungai wasaka masih digunakan sebagian masyarakat Banjarmasin sebagai jalur transportasi air, maka di pinggiran sungai ini terdapat pelabuhan yaitu Pelabuhan Wasaka. Pelabuhan tersebut berfungsi sebagai tempat persinggahan klotok untuk menunggu penumpang. Banyak klotok, kapal cas dan jukung yang lewat di sungai wasaka.
   Selain itu, di sepanjang pinggiran sungai wasaka juga terdapat pemukiman penduduk yang letaknya sejajar dengan arah aliran air sungai. Rumah-rumah tersebut berbentuk rumah panggung dengan tiang rumah yang tinggi agar saat air pasang, tidak sampai menggenangi rumah. Rumah-rumah yang dibangun menjorok ke arah sungai mengakibatkan sungai wasaka itu sendiri mengalami penyempitan badan sungai. Pada bagian rumah yang menghadap ke sungai, dibuat jamban terapung sebagai tempat untuk buang hajat, mandi dan mencuci pakaian.
   Di pinggir sungai wasaka juga terdapat museum yang bernama Museum Wasaka. Kata ‘wasaka’ berasal dari singkatan motto masyarakat banjar yaitu Waja Sampai Kaputing. Bentuk bangunan museum berbentuk rumah adat Banjar Bubungan Tinggi. Di samping museum tersebut terdapat taman yang pada sore hari biasanya digunakan sebagai tempat bersantai bagi masyarakat sekitar dan arena bermain anak-anak. Namun, seringkali juga dijadikan lokasi pemotretan oleh beberapa model dan fotografer. Di taman tersebut juga terdapat beberapa pedagang makanan kecil.[6]
                    
E.  Aktivitas Masyarakat di Sungai dan Tepian Sungai
            Pada umumnya, hampir di semua sungai dan tepian sungai yang kami teliti  terdapat kesamaan aktivitas yang dilakukan oleh  masyarakatnya, yaitu
  1. Sungai sebagai  jalur transportasi,
            Sejak dulu sungai memegang peranan penting sebagai jalur transportasi di kota ini,  hal ini di buktikan dengan adanya aktivitas hilir mudik perahu-perahu yang melintas di sungai-sungai Kota Banjarmasin. Meskipun frekuensi transportasi sungai mulai berkurang, namun masih ada sebagian warga yang menggunakan jalur sungai, seperti taksi klotok, jukung dan  klotok pengangkut barang.
  1. Sumber air untuk kebutuhan MCK,
            Penggunaan air sungai untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK) masih dilakukan oleh masyarakat Banjarmasin yang tinggal di pemukiman di sepanjang tepian sungai. Mereka umumnya melakukan aktivitas MCK tersebut di jamban terapung atau yang biasa disebut batang. Aktivitas ini selalu terlihat di sungai kuin dan sungai alalak setiap pagi dan sore hari.
  1. Sumber mata pencaharian,
            Keberadaan siring di tepian sungai menjadi berkah tersendiri bagi para penjual makanan dan minuman. Banyaknya warga Banjarmasin yang senang menghabiskan waktu bersantai di siring Jl. R.E. Martadinata memberikan kesempatan bagi para penjual es kelapa dan jagung bakar untuk berjualan di sore hari. Serupa dengan siring di Jl. Jenderal Sudirman yang banyak terlihat para penjual es kelapa, kripik, dan pentol.
            Selain itu, juga ada masyarakat yang membuka usaha di tepian sungai seperti penjualan balok kayu dan penjualan kambing. Alasannya adalah untuk memudahkan pengangkutan barang jualan melalui sungai.
  1. Memancing
            Banyak masyarakat Banjarmasin yang menghabiskan waktunya untuk memancing di sungai-sungai yang ada di Banjarmasin, baik karena hobi atau sekedar menghabiskan waktu luang ataupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aktivitas memancing biasanya dilakukan di siring Jl. R.E. Martadinata dan Jl. Jenderal Sudirman serta di sungai martapura di depan Museum Wasaka. Selain itu, pada malam hari banyak juga pemancing yang memancing di Jembatan Merdeka dan Jembatan Pasar Lama, yaitu jembatan yang melintasi sungai Martapura.
  1. Sebagai sarana interaksi.
            Siring yang dibangun di tepian sungai Martapura menjadikan siring sebagai open space. Pada sore hari, siring dijadikan tempat bersantai bagi sebagian masyarakat Banjarmasin. Duduk-duduk bersama keluarga atau teman-teman sambil memandang sungai Martapura serta melihat klotok dan  jukung lalu lalang bisa menjadi cara tersendiri untuk bersantai. Keberadaan siring juga menjadi wadah bagi berbagai komunitas seperti komunitas breakers, skaters, geng motor dan automobile, serta bikers. Sehingga tepian sungai memberikan peran tersendiri dalam merekatkan hubungan sosial  masyarakat Banjarmasin yang memiliki kesamaan hobi.
            Aktivitas mandi dan mencuci di batang pun menjadi ajang untuk merekatkan silaturahmi dimana menjadi kesempatan untuk para wanita untuk saling mengobrol sambil mandi dan mencuci. Balumba adalah aktivitas yang sering dilakukan anak-anak saat mandi di sungai yaitu berlomba-lomba untuk berenang lebih cepat daripada anak lainnya.

F.  Analisis
Sejak dulu, ketika kita berbicara tentang Banjarmasin, maka salah satu keunikan geografis yang mencuat terhadap daerah ini adalah sungai-sungainya, sehingga Banjarmasin mendapat julukan kota seribu sungai. Dengan menyesuaikan pada kondisi lingkungan yang ada, maka tidaklah mengherankan jika banyak aktivitas masyarakat Banjarmasin yang berlangsung di sungai dan tepian sungai.
Bagi warga Kota Banjarmasin, khususnya yang tinggal di tepian sungai, sungai bukan hanya sekedar sumber air bagi mereka, tetapi sungai sudah menjadi orientasi hidup dan identitas diri. Dikatakan sebagai orientasi hidup karen banyak kegiatan sehari-hari masyarakat yang dilakukan disungai, mulai dari mandi, mencuci, menangkap ikan, berdagang, jalur transportasi hingga sebagai tempat bermain anak-anak. Demikian pula halnya mengenai sungai sebagai identitas diri. Sungai sebagai identitas diri direfleksikan dengan menyebut perkampungan-perkampungan dengan nama sungai yang melintas di daerahnya. Bahkan dalam masyarakat Banjar petunjuk arah diberikan sesuai dengan arah aliran sungai ataupun posisinya terhadap sungai misalnya hulu hilir.
Seiring derap modernisasi yang dijalankan di daerah ini, perubahan pun terjadi dalam tata nilai urang Banjar. Budaya sungai urang Banjar lambat laun mengalami pergeseran yang sangat signifikan. Sungai-sungai tidak lagi menjadi sesuatu yang terpenting dalam kehidupan urang Banjar. Bagaimana tidak, dulu kebudayaan Banjar berkembang dari kehidupan sungai, yang kemudian melahirkan tata nilai dan artifak-artifak budaya yang bernuasa sungai. Dari sungai, nenek moyak urang Banjar mendapatkan inspirasi untuk dapat mengembangkan pemukiman di atas rawa atau di dekat sungai dengan tetap mempertahankan kelestariannya, sehingga berdirilah bentuk-bentuk rumah panggung yang memang sangat sesuai bahasa alam yang ada di sekitarnya. Sementara di daerah pinggiran sungai, pendirian rumah-rumah panggung juga ditata apik sesuai dengan konsep dan tata nilai tradisional yang memandang sungai sebagai halaman atau teras rumah. Pandangan ini yang mengatur bahwa semua rumah yang dibangun di pinggiran sungai semuanya harus menghadap ke sungai, tidak boleh ada yang membelakanginya. Bahkan pemerintah Belanda pun pernah melarang pembangunan rumah yang membelakangi sungai di kota Banjarmasin. Sekarang, atas nama modernisasi, pola-pola pembangunan pemukiman dan usaha telah mengalami perubahan. Hampir di semua sungai kita akan mendapati deretan perumahan atau warung-warung penduduk yang membelakangi sungai. Hampir semua rumah atau bangunan lainnya saat ini dibangun oleh urang Banjar dengan cara diuruk. Perubahan pola pemukiman masyarakat yang tidak lagi memandang sungai sebagai teras atau halaman depan sebuah rumah mengakibatkan perubahan pola pemukiman di sepanjang bantaran sungai. Pola pemukiman yang baru ini banyak mengambil lahan di atas sungai sehingga rumah-rumah tersebut mengurangi lebar badan sungai. Kejadian ini tentunya akan berdampak pada semakin cepatnya pendangkalan sungai-sungai sehingga sekaligus mengurangi daya tampung sungai terhadap limpasan air pada waktu hujan datang. Berkurangnya daya tampung ini akan pada menurunya atau hilangnya fungsi sungai sebagai pembagi aliran air pada saat pasang atau banjir dating, sehingga genangan air dapat segera dialirkan ke muara atau laut.
Tidak hanya kebudayaan sungai yang  mengalami pergeseran, kelestarian sungai itu sendiri pun juga seakan terabaikan. Pada masa sekarang sungai telah menjadi “tempat sampah” besar oleh masyarakat di sekitarnya.  Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai juga merupakan salah satu faktor pencemaran sungai yang didukung juga dengan kurang tegasnya penerapan peraturan dari peraturan yang dibuat pemerintah. Pencemaran tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai, padahal air sungai masih digunakan oleh sebagian warga Banjarmasin dalam kegiatan rumah tangga, seperti mencuci peralatan masak, MCK, mencuci pakaian, dan tak jarang digunakan untuk berwudhu.
Menurut Hamdi, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLD) kota Banjarmasin, kualitas air sungai dari tahun ke tahun terus menurun. berdasarkan hasil pengujian terakhir pada Maret 2012 di 10 titik, sembilan di antaranya menunjukkan penurunan pH hingga di bawah angka lima atau semakin asam. Kondisi yang paling parah terdapat di sungai di bawah jembatan Kayutangi dekat RS. Ansyari Shaleh, yaitu pH nya 3,6. padahal air normal yang layak untuk kehidupan pH nya 6,9. Dari analisisnya, penurunan pH kemungkinan dipicu dua faktor utama, yakni pengaruh air asam tambang yang mengalir ke sungai dan semakin banyaknya kawasan gambut yang dieksploitasi menjadi perkebunan (Radarbanjar, 28 April 2012:1).
Banyaknya bangunan-bangunan yang berdiri di atas sungai mengakibatkan hilangnya sungai-sungai kecil. Menurut Ir. Fajar Desira, Sungai di Banjarmasin tercatat 104 sungai, yang terdiri dari sungai besar, sungai kecil dan anak sungai, dan 74 di antaranya kini masih terpelihara dengan baik, selebihnya sudah mati akibat sedimentasi dan tercemar berat oleh limbah-limbah sampah akibat gulma. Bila sungai tersebut dikelola tentunya akan menguntungkan, tetapi bila tidak dikelola maka bencana pun akan menghadang (Antara, 8 Februari 2012:1).


DAFTAR PUSTAKA

Ariwibowo, Tri Hayat, 2005. Sungai Pumpung Antara Kehidupan Dan Urusan Hidup. Jurnal       Kebudayaan Kandil. Edisi 9, Tahun III.

Asih Lasma, Desy Rizki, dkk. 2011. Kehidupan Masyarakat di Sekitar Sungai Handil Bhakti.        Banjarmasin: Naskah Ketik.

Aprisa Eris, Nailatun Najihah, dkk. 2011. Masyarakat dan Kebudayaan Sungai ( Sungai Martapura di     Depan Kantor Gubernur Kalimantan Selatan). Banjarmasin : Naskah Ketik.

Herimanto dan Winarno, 2009. Ilmu Sosial Budaya Dasar.  PT. Bumi Aksara: Jakarta

Rahmanda Rizka, Hendra Afrianto, dkk. 2011. Sungai Martapura di Jalan R.E. Martadinata dan Jalan   R.K. Ilir Banjarmasin.  Banjarmasin: Naskah Ketik.

Rahmawati, Aida Yurina, dkk. 2011. Aktivitas Masyarakat Sungai Kuin di Kampung Arab            Banjarmasin. Banjarmasin : Naskah Ketik.

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengntar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Samudra Panji Rekso, Adelina, dkk. 2011. Sungai Martapura di Depan Mesjid Raya Sabilal         Muhtaddin Banjarmasin. Banjarmasin:  Naskah Ketik.

Sehyan, E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Syahransyah, 2005. Mencoba Memahami Kehidupan Sungai. Jurnal Kebudayaan Kandil. Edisi 9,             Tahun III. KL-3: Banjarmasin

Syauqi Ahmad, Matnor Rahman, dkk. 2011. Situasi Sungai Kuin. Banjarmasin : Naskah Ketik.

Wijaya Hendra, Fatimah, dkk. 2011.Kondisi Bangunan dan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Sungai           Martapura Dekat Pelabuhan Wasaka Banjarmasin. Banjarmasin : Naskah Ketik






[1] Dikutip dari laporan hasil penelitian Rahmawati, Adelina,  dkk. 2011.  Penelitian Aktivitas Masyarakat Sungai Kuin di Kampung Arab Banjarmasin
[2] Dikutip dari laporan hasil penelitain Syauqi Ahmad, Matnor Rahman, dkk. 2011.  Penelitian Situasi Sungai Kuin di Jl. Kuin Banjarmasin. 
[3] Dikutip dari laporan hasil penelitian Asih Lasma, Desy Rizki, dkk.2011. Kehidupan Masyarakat di Sekitar Sungai Handil Bhakti.
[4] Dikutip dari laporan hasil penelitian Eris Aprisa, Panji Rekso, dkk. 2011. Sungai Martapura Jl. Jendral Sudirman Depan Kantor Gubernur dan Depan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin.
[5] Dikutip dari laporan hasil penelitian  Rahmanda Rizka, Hendra Afrianto, dkk. 2005. Sungai Martapura Jalan R.E. Martadinata dan R.K.Ilir Banjarmasin

[6] Dikutip dari  hasil penelitian Wijaya Hendra, Fatimah, dkk. 2011. Kondisi Bangunan dan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Sungai Martapura Depan Museum Wasaka Kelurahan Sei. Jingah Banjarmasin.

2 komentar:

  1. SAKI SAADANYA..HAHAHAHAAA....PUKIII

    BalasHapus
  2. Tidak sengajaa menemukan blog ini. Ka naaylaa piyee kabaree. Thankss laahh gasan referensii skripsii ulun haaa.

    BalasHapus